Para peneliti di Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) Institut Teknologi Bandung (ITB) baru-baru ini melakukan simulasi dan pemodelan sederhana prediksi penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia. 

Dari hasil kajiannya, para peneliti tersebut mengatakan bahwa penyebaran virus corona akan berakhir di pertengahan bulan depan.

Seperti yang dilansir dari situs resmi ITB, para peneliti tersebut mengatakan bila penyebaran virus corona di Indonesia akan mencapai puncaknya di akhir bulan Maret dengan kasus harian terbesar 600 kasus. Penyebaran ini juga diprediksi akan berakhir pada pertengahan April 2020.

Tim peneliti yang melakukan simulasi tersebut dilakukan oleh Dr Nuning Nuraini,  dosen Program Studi Matematika ITB beserta Kamal Khairudin  dan Dr. Mochamad Apri. Pemodelan tersebut ditulis dengan judul “Data dan Simulasi COVID-19 dipandang dari Pendekatan Model Matematika”.

“Tentu perlu dicatat, ini adalah hasil pemodelan dengan satu model yang saya rasa ‘cukup sederhana’ dan sama sekali tidak mengikutkan faktor-faktor yang kompleksitasnya tinggi, “ ujar Nuning seperti yang dilansir dari kantor berita ITB.

"Dalam penelitian ini, kami berusaha menjawab pertanyaan mendasar tentang epidemi yang sedang terjadi saat ini di Indonesia melalui suatu model matematika sederhana," sambungnya.

Menggunakan pemodelan Richard's Curve.

Dalam penelitian tersebut, Nuning dengan tim membangun model representasi jumlah kasus Covid-19 dengan menggunakan model Richard’s Curve. Sebelumnya, model ini terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong tahun 2003 silam. 

Model ini kembali digunakan dan diuji dari data kasus Covid-19 terlapor dari berbagai macam negara, seperti RRT, Iran, Italia, Korea Selatan, Amerika Serikat, seta kumulatif kasus lain di dunia. 

Ternyata, secara matematik, ditemukan bahwa model Richard’s Curve Korea Selatan adalah yang paling cocok dengan kesalahan minim untuk disandingkan dengan data kasus terlapor virus corona di Indonesia.  

“Jadi, bisa dikatakan, jika kita punya penanganan yang mungkin sama, sesuai dengan publikasi yang ada dengan Korea Selatan, tanpa memasukkan faktor kompleksitas lainnya seperti temperatur lingkungan, kelembaban, dan lain-lain, seharusnya kita bisa mendapat kesimpulan yang sama persis dengan apa yang ditulis pada publikasi kami,“ terangnya.

Namun menurut Nuning, hal tersebut bukan merupakan perkara mudah. Karena menurutnya Korea Selatan sendiri merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang paling baik penanganan kasus virus corona tersebut. 

"Tentu sulit untuk bisa persis seperti mereka, tetapi, setidaknya, dari tulisan ini kita bisa mengetahui bahwa Indonesia perlu melakukan sesuatu untuk tetap berada dalam tren yang baik,“ tambah Nuning lagi.

Oleh karena itu, bagi Nuning, merujuk pada model yang dibangun (termasuk faktor-faktor yang krusial), perlu dilakukan pencegahan dari meluasnya penyebaran Covid-19. 

“Tingkat penyebaran yang tinggi akan memberatkan rumah sakit karena tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menampung pasien Covid-19 sehingga krusial sekali bagi kita untuk menjaga laju penyebaran tetap ada di dalam kontrol kita (jika belum bisa dihilangkan sepenuhnya),“ jelas Nuning.

REPOST (Baca : https://www.indozone.id/news/0ysqZy/peneliti-itb-puncak-penyebaran-covid-19-indonesia-berakhir-di-pertengahan-april/read-all)


Add comment


Security code
Refresh