Peneliti dari sejumlah negara berencana melakukan uji klinis vaksin tuberculosis (TBC) untuk mencegah penularan virus corona. Uji akan dilaksanakan terhadap dokter, perawat, dan lansia yang memiliki risiko tinggi jika terinfeksi Covid-19.

Sebuah tim di Belanda akan memulai percobaan pertama pekan ini. Mereka akan merekrut 1.000 petugas kesehatan dari delapan rumah sakit di Belanda untuk menerima vaksin yang disebut bacillus Calmette-Guérin (BCG).

BCG mengandung bentuk lemah Mycobacterium bovis, mikroba yang menyebabkan TB. Vaksin BCG biasanya diberikan kepada anak yang belum mencapai usai satu tahun sebagai langkah mencegah tuberculosis saat pertumbuhan.

Melansir Science, vaksin umumnya meningkatkan respons imun spesifik terhadap patogen yang ditargetkan, seperti antibodi yang mengikat dan menetralkan satu jenis virus. Menurut penelitian klinis dan pengamatan yang diterbitkan selama beberapa dekade oleh peneliti Denmark Peter Aaby dan Christine Stabell Benn, BCG juga dapat meningkatkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan patogen selain bakteri TB.

Mereka menyimpulkan bahwa vaksin BCG mencegah sekitar 30 persen infeksi dari patogen yang termasuk virus pada tahun pertama setelah diberikan kepada seorang anak.

Langkah peneliti untuk menggunakan BCG masih memerlukan studi dan pertimbangan. Sebab, Organisasi Kesehatan Dunia menilai temuan peneliti Denmark memerlukan pengujian lebuh lanjut.

Peneliti dari Universitas Athena Netea berencana untuk meneliti apakah BCG dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi secara keseluruhan pada orang tua. Sedangkan untuk studi pekerja perawatan kesehatan, Neeta bekerja sama dengan ahli epidemiologi dan mikrobiologi Marc Bonten dari UMC Utrecht.

Meskipun penelitian ini dilakukan secara acak, para relawan kemungkinan akan mengetahui jika mereka mendapat vaksin BCG. Terlebih, BCG sering menyebabkan pustula di tempat suntikan yang dapat bertahan selama berbulan-bulan, biasanya menyebabkan bekas luka.

Selain dari Yunani, peneliti dari Universitas Melbourne dan Universitas Exeter juga akan melakukan penelitian dan pengujian serupa. Sedangkan Max Planck Institute for Infection Biology akan memulai percobaan serupa pada orang tua dan pekerja kesehatan dengan VPM1002, versi BCG yang dimodifikasi secara genetika yang belum disetujui untuk gunakan melawan TB.

Eleanor Fish, seorang ahli imunologi di Universitas Toronto mengatakan vaksin tersebut mungkin tidak akan menghilangkan infeksi virus corona baru sepenuhnya. Tetapi kemungkinan, vaksin akan mengurangi dampaknya pada individu.

Melansir Foreign Policy, peneliti di Icahn School of Medicine Annie Sparrow mengatakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa BCG memberikan sistem kekebalan tubuh yang lebih baik untuk merespons berbagai jenis infeksi, bukan hanya TB.

Dua penelitian pada orang dewasa (satu pada pasien berusia 60 hingga 75), kata dia menunjukkan bahwa BCG mengurangi infeksi pernapasan hingga 70 hingga 80 persen. Hasil penelitian lain menunjukkan BCG membuat risiko infeksi saluran pernapasan pada anak yang divaksinasi berkurang 15-40 persen.

BCG juga berjasa memotong angka kematian pada bayi di negara yang memiliki tantangan kesehatan yang parah. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek perlindungan ini hanya bertahan hingga vaksin yang tidak aktif, seperti vaksin influenza diberikan.

Sparrow sepakat vaksinasi BCG tidak sama dengan vaksinasi yang ditargetkan untuk Covid-19. Namun, dia menilai vaksin BCG kemungkinan akan secara signifikan mengurangi penyakit dan kematian di antara mereka yang menerimanya.

Bahkan, dia berkata jika vaksin BCG hanya diberikan kepada petugas kesehatan kemungkinan secara substansial akan mengurangi risiko yang mereka hadapi dan mengurangi risiko rumah sakit dan sistem kesehatan yang kewalahan karena banyak petugas medis yang terinfeksi.

Jika efektif, BCG juga dapat diberikan secara cepat kepada orang-orang rentan lainnya seperti orang tua.

REPOST (Baca : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200325171227-255-486823/peneliti-uji-vaksin-bcg-untuk-atasi-virus-corona)