BANDUNG, KOMPAS.com - PT Bio Farma memastikan tidak ada produk vaksinnya yang dipalsukan. Ini karena perusahaan ini sudah menggunakan teknologi tinggi. Kepala Divisi Corporate Secretary Bio Farma M Rahman Rustan mengatakan, Bio Farma memiliki beberapa inovasi teknologi sehingga vaksin sulit dipalsukan atau ditiru pembuatannya. Hal ini juga untuk menjaga kualitas vaksin. Setidaknya ada tiga teknokogi yang membuat produk vaksin sulit dipalsukan.

  1. Uniject
    Uniject merupakan kemasan khusus untuk vaksin berbentuk seperti jarum suntik. Kemasan akan rusak secara otomatis setelah dipakai sehingga tidak dapat digunakan lagi. "Sekali pakai dibuang. Inovasi ini enggak mungkin ditiru," kata Rahman saat ditemui di pabrik Bio Farma, Bandung, Jumat (15/7/2016).  Saat ini, baru dipakai untuk produk vaksin hepatitis B.
  2. Vaccine vial monitor (VVM)
    Semua kemasan botol vaksin produksi Bio Farm menggunakan VVM. Ini merupakan label khusus berbentuk kotak dalam lingkaran dengan bahan yang sangat sensitif terhadap suhu panas. VVM awalnya kotak berwarna putih yang menandakan vaksin masih dalam kondisi baik.
    Seiring berjalannya waktu, warna kotak bisa berubah menjadi abu-abu muda. Pada tahap ini, vaksin masih bisa digunakan asalkan belum melewati tanggal kadaluarsa. Kemudian jika kotak hilang atau warnanya sama seperti lingkaran, maka vaksin sudah tidak dapat digunakan.
    Ketika terkena udara panas dalam dua hari, misalnya 37 derajat celsius, VVM pun bisa berubah warna jadi hitam. "Kalau warnanya sudah berubah hitam, vaksin juga enggak boleh digunakan lagi," ujar Kepala Bagian Pengemasan Bio Farma Yudha Bramanti.
  3. Freeze Dry
    Freeze dry atau beku kering juga merupakan cara produksi vaksin yang akan sulit dipalsukan. Freeze Dry adalah vaksin berbentuk seperti krim padat. Untuk menggunakannya, perlu pelarut.
    "Vaksin palsu katanya dioplos. Kalau beku kering begini bagaimana cara oplosnya?" kata Yudha. Setelah dilarutkan, vaksin baru bisa digunakan. Cara ini baru digunakan untuk vaksin BCG dan campak.

 

Penulis : Dian Maharani

Editor : Lusia Kus Anna

Sumber : Kompas