JAKARTA (RP) - Para pelaku ekonomi harus mulai pasang kuda-kuda menghadapi tahun 2011. Beberapa faktor yang patut dicermati adalah potensi naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, perkembangan inflasi tahun depan akan dipengaruhi faktor fundamental dan non-fundamental, seperti nilai tukar, iklim, serta alur distribusi. ‘’Secara umum, tekanan inflasi tahun depan akan meningkat,’’ ujarnya saat rapat kerja membahas RAPBN 2011 dengan Komisi XI, Senin malam (20/9).

Menurut Agus, faktor iklim yang kian susah diduga akan mengancam produktivitas pangan. Akibatnya, pasokan pangan di 2011 diperkirakan bakal lebih ketat sehingga bisa mendorong naik harga komoditas pangan. ‘’Kita tahu, bobot bahan pangan dalam pembentukan inflasi cukup tinggi,’’ katanya.

Faktor lainnya, kata Agus, alur distribusi yang diperkirakan masih belum lancar karena infrastruktur yang masih kurang memadai, sehingga akan menjadi salah satu penambah biaya ekonomi yang pada akhirnya menaikkan harga barang. ‘’Apalagi, kita tahu, kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan membuat alur distribusi menjadi panjang,’’ katanya.


Senada dengan Agus Marto, dalam rapat kerja lanjutan kemarin, Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution mengatakan, tekanan inflasi tahun depan memang akan meningkat. ‘’Jadi, asumsi inflasi 5,3 persen merupakan angka optimis,’’ ujarnya.

Pasalnya, lanjut Darmin, angka tersebut ada di bawah rata-rata historis inflasi sepanjang 10 tahun terakhir. Selain itu, asumsi inflasi juga belum memperhitungkan secara detil rencana pemerintah menyesuaikan administered price (harga yang diatur pemerintah) yang bersifat strategis seperti Tarif Dasar Listrik (TDL), elpiji, maupun rencana pembatasan BBM. ‘’Jadi, secara umum, tekanan inflasi cukup tinggi,’’ katanya.


Karena itu, pemerintah dan BI harus bekerja keras untuk mengejar target asumsi inflasi 5,3 persen pada 2011. Menurut Darmin, saat ini pemerintah bersama BI sudah memiliki instrumen Tim Pengendali Inflasi yang rutin bertemu. ‘’Jadi, kalau tekanan inflasi datang dari sisi moneter, BI akan bertindak. Jika tekanan itu datangnya dari non moneter, pemerintah yang akan bertindak,’’ terangnya.

Lalu, bagaimana dengan rupiah? Agus Marto mengatakan, salah satu faktor utama yang bakal mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah neraca perdagangan. Dalam proyeksi pemerintah, tahun depan, kinerja ekspor akan sedikit tertekan sedangkan inpor justru meningkat, sehingga surplus neraca perdagangan bakal turun. ‘’Inilah yang akan membuat rupiah melemah,’’ ujarnya.

Darmin Nasution menjabarkan lebih gamblang. Menurut dia, tahun depan, recovery perekonomian global diperkirakan belum memuaskan. Akibatnya, kinerja ekspor akan tertekan. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan akan cukup baik sehingga demand meningkat. Akibatnya, impor pun akan naik, sehingga surplus neraca perdagangan bakal tergerus. ‘’Ini faktor yang akan menekan rupiah,’’ katanya.

Darmin menyebut, aliran dana asing masih akan masuk ke emerging market, termasuk Indonesia. Meski demikian, perlu dicermati pula kebijakan negara-negara lain yang sudah mulai menaikkan suku bunga, sehingga selisih imbal hasil yang didapatkan investor asing di Indonesia dengan di negara-negara lain akan menyempit.

 

 

sumber : www.riaupos.com