Oleh : SUPRIYATMI, SE[1]

 

Dalam rangka upaya penyediaan kualitas lingkungan yang lebih baik yang dihadapkan produksi sampah yang sangat tinggi, maka setiap produsen sampah bahkan rumah tangga terus-menerus dihimbau menguangi sampah, dari gerakan tas kresek berbayar, mengganti pembngkus dari plastik ke kertas, himbauan menggunakan tas pakai ulang (tas lebih permanen) dan lain sebagainya. Gerakan tersebut walau sudah cukup mengurangi sampah ternyata belumlah cukup signifikan dalam mengurangi sampah. Dari contoh ini pemilihan tas belanjaan yang lebih berkualitas akan mampu mengurangi sampah.

Kita tengok keranjang belanjaan para ibu, ketika berbelanja sayuran di pasar lalu di bawa pulang, berapa persen sayuran yang tidak terpakai/terbuang karena kualitas yang kurang baik?. Berdasarkan pengalaman untuk 1 (satu) ikat daun singkong, kalau mau jujur antara yang kita proses untuk masak dengan yang masuk ke tempat sampah banyak yang masuk ke tempat sampah, beli tomat, cabai dan lainnya setelah di pilah di rumah, pasti ada beberapa persen yang tidak bisa dipakai yang biasanya karena busuk, namun sedikit berbeda jika kita belanja di penjualan sayur yang telah terpilah. Dari cotoh kecil tersebut sampah terjadi bukan karena pemborosan, namun karena tersedianya barang yang kurang berkualitas. Pada kasus daun singkong, andai dari sumber (petani) hanya memperdagangkan daun singkong yang berkualitas saja, maka harga jual akan menjadi tinggi, daun singkong yang di perkotaan akan menjadi sampah dan bila di olah akan menjadi pupuk organik, di sumber (lingkungan petani) akan dapat dijadikan pakan ternak, yang notabene saat ini pun rumput pakan ternak tidka mudah di dapat.

Ketersediaan bahan makanan yang berkualitas kecuali menguntungkan baik petani/produsen maupun konsumen, bahkan pedagang perantara, juga akan membantu pengurangan sampah di perkotaan. Dengan demikian untuk dapat mewujudkannya dibutuhkan campur tangan para penyedia barang, mereka perlu di bina dan diajak bekerjasama agar tidak menerima dagangan yang tidak memenuhi persyaratan tertentu.

Selain itu ketika dalam pemenuhan perlengkapan rumah tangga tidak mempertimbangka kualitas barang maka resiko patah, pecah, pudar akan lebih tinggi dibandingkan dengan barang berkualitas. Pemilihan barang yang kurang berkualitas juga mempercepat timbulnya sampah akibat berbagai resiko tadi.

Akhirnya mari berbuat dari yang paling mudah dan paling kecil dalam memberi sumbangan pengurangan sampah di perkotaan. Apabila para kosumen menyadari hal ini, maka lambat laun barang/bahan yang tidak berkualitas atau kualitasnya kurang baik akan terseleksi, sehingga pada akhirnya produsen maupun pedagang antara pasti akan memilih menyediakan bahan-bahan berkualitas untuk memenuhi harapan/permintaan konsumen di perkotaan.

Bismillah, semoga langkah kecil ini mmebuahkan hasil.

 

 

 

 

 

 



[1] Kasubag Tata Usaha Kantor Litbang dan Statistik Kota Magelang

 

Add comment


Security code
Refresh